Medan – Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara (BBPSU) mengoptimalkan peningkatan literasi dan perlindungan bahasa daerah guna menguatkan pendidikan bermutu sesuai program prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
“BBPSU yang merupakan unit pelayanan teknis badan pengembangan dan pembinaan bahasa ini turut mengembangkan program penguatan literasi dan pelindungan bahasa dan sastra sesuai enam prioritas Kemendikdasmen,” ujar Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara Hidayat Widiyanto di Medan, Selasa.
Dalam mengoptimalkan program tersebut, dia menjelaskan Balai Bahasa Sumut melakukan kegiatan penyusunan dan penerjemahan buku cerita anak dwibahasa atau buka dua berbahasa Indonesia maupun daerah.
Hidayat mengatakan bahwa sepanjang 2024, BBPSU telah menghasilkan 97 produk buku cerita anak dwibahasa yang berbasis pada bahasa-bahasa daerah di wilayah Sumatera Utara.
Dari 97 buku dwibahasa tersebut, kata dia terdiri atas 25 judul buku berbahasa Melayu, 22 judul buku berbahasa Batak Toba, 17 judul buku berbahasa Batak Mandailing/Angkola, 12 judul buku berbahasa Batak Karo, 9 judul buku berbahasa Nias, 5 buku berbahasa Simalungun dan 7 judul buku berbahasa Melayu Pesisir Sibolga.
Dalam proses penyusunan buku tersebut, BBPSU telah melaksanakan serangkaian kegiatan awal perekrutan penulis sampai pada sosialisasi produk atau penyampaian hasil kepada pemangku kepentingan kebijakan terkait,”kata dia.
Hidayat mengatakan proses penyusunan buku tersebut memiliki tujuh tahapan sebelum dilakukan proses produksi yang akan di manfaatkan oleh masyarakat luas.
Proses pertama, dia menuturkan pihaknya melaksanakan sosialisasi ke berbagai daerah, karena buku ini merupakan hasil dari suatu kegiatan bimbingan teknis yang melibatkan masyarakat.
Setelah proses bimbingan teknis, lanjutnya, pihaknya melakukan tahapan penyuntingan naskah untuk ditelaah oleh ahli bahasa daerah yang melibatkan pimpinan adat, akademis dan pemangku kebijakan terkait.
“Setelah naskah ini jadi. Naskah ini kami kirim ke ilustrator untuk menjadikan naskah ini menjadi menarik dalam sebuah buku, lalu kirim ke layout setelah naskah jadi,” sebut dia.
Setelah itu, kata Hidayat, proses produksi buku itu dilanjutkan dengan pengiriman naskah ke pusat perbukuan untuk diusulkan Internasional Standard Book Number atau ISBN-nya.
“Lalu, kami melakukan uji keterbacaan yang dibaca calon pengguna yang melibatkan pemangku kebijakan terkait dan selanjutnya dilakukan diseminasi,”sebut dia.
Hidayat mengatakan sebanyak 97 itu dinikmati oleh seluruh elemen masyarakat dengan mengakses pada laman www.balaibahasasumut.kemdikbud.go.id.
“Buku ini dapat dicetak sendiri dengan kebutuhan pendidikan, bukan untuk dijual belikan,” ujarnya dikutip dari Antara. (red/ant)